26 December 2008

AW Survey, ikut survey dibayarin

Ya, sering sekali kita lihat di internet berbagai macam survey. Ada yang korespondenya hanya mendapatkan terima kasih, tetapi ada juga bagi yang beruntung mendapatkan berbagai hadiah menarik.

Tetapi situs yang satu ini berbeda, setiap korespondennya sudah pasti akan mendapatkan uang, setidaknya 1 - 25 USD. Bagi yang belum merasa cukup boleh-boleh saja untuk terus mengikuti dan mengumpulkan lebih banyak uang (US Dollar).

Tetapi ada beberapa persyaratan bagi para koresponden, seperti :
1. Membuka halaman websitenya (boleh juga klik gambar di atas) dan membuat account sendiri.
Disitu kamu bisa dapat dari $1 - $25 dollar setiap survey, gampang banget.
Pertama kali kamu membuat ID kamu akan mendapatkan modal awal $27 itu pasti setelah kamu ikutin petunjuknya dengan mengikuti surveynya.

2. Buat Account Paypal.
Buat memindahkan uang hasil survey dari AWSurveys ke account kamu supaya bisa dipergunakan di seluruh merchant yang bekerjasama dengan paypal.
Caranya mudah cukup isi form register di website: http://www.paypal.com
Bagi yang belum punya Credit Card, jangan khawatir, klik cancel, account tetap ada dan aktif.

3. Bagian terakhir
Setelah uangnya kamu pindah ke account paypal kamu, terserah deh mau diapain.

21 November 2008

REFRESING DIPUNCAK GUNUNG

Kejenuhan-kejenuhan yang kita peroleh selama ini sering kali disebabkan karena aktivitas-aktivitas rutin yang kita lakukan setiap hari seperti kuliah, belajar atau sebabsebab yang lainnya. Kejenuhan-kejenuhan seperti itu sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diatasi salah satunya dengan kita melakukan refresing agar ketegangan syarafsyaraf otak kita sedikit mengendur. Bagi sebagian besar para pecinta alam, salah satu cara termudah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kejenuhan adalah dengan bermain di alam bebas seperti naik gunung, masuk gua atau memanjat tebing. Salah satu contoh mudah yang dapat diambil adalah refresing dengan naik gunung.

Dengan naik gunung kita dapat melihat keindahan alam, menghirup udara segar, menyaksikan sunset dan sunrise, terhindar dari hiruk pikuknya kota atau masih banyak hal lain yang mungkin belum dimengerti khalayak ramai pada umumnya hingga mereka sering bertanya tentang nikmatnya naik gunung. Selain itu, naik gunung disaat kita sedang BT baik itu yang disebabkan urusan cinta, administrasi kampus, IP, atau hal-hal lainnya adalah obat yang paling mujarab karena begitu kita sudah memasuki alas atau yang kata orang hutan, wah… ! serasa hilang semua beban yang menggantung di otak. Blass ga' ada pisan.

Memang benar jika dikatakan naik gunung adalah suatu kegiatan yang memiliki resiko relative tinggi, namun hal itu jangan sampai membuat kita menyurutkan langkah karena suatu kegiatan memang selalu memiliki resiko. Jangankan naik gunung, kita yang berjalan kaki dijalan yang bagus dan datar sekalipun bisa terjatuh. Begitu pula dengan berkegiatan dialam bebas khususnya naik gunung sudah pasti selalu ada bahaya yang mengintai disetiap saat seperti terjatuh, hipotermia, hypoxia, frostbite, dll.

Hanya saja namanya resiko pasti memiliki jalan untuk meminimalisasinya dan hal-hal yang diperlukan untuk itu sudah dipelajari di suatu organisasi yang namanya Mapala. Sudah barang tentu juga Mapala harus mengerti tentang safety prosedure dalam suatu kegiatan alam bebas. Walau pun ada juga beberapa oknum yang ga' tertib dalam tanda kutip mereka yang tidak mau ambil peduli resiko yang mereka hadapi. Dan ini biasanya terjadi pada orang-orang yang belum begitu mengerti dengan apa yang akan dihadapinya disaat ia naik gunung. Hal-hal seperti itu biasanya terlihat sangat mencolok sekali perbedaannya, yang dapat kita lihat pada Mapala sesungguhnya dan Purpala (Pura-pura pecinta alam).

So, buat teman-teman yang sekiranya belum pernah merasakan nikmatnya naik gunung ada baiknya bila sesekali anda mencoba sebelum anda terlambat karena umur yang sudah tidak memungkinkan lagi atau karena semakin sibuknya urusan-urusan hidup lainnya yang harus dihadapi. Jangan hanya pernah mendengar tetapi tidak pernah merasakan tetapi berusahalah untuk menjadi generasi muda yang kelak akan meninggalkan cerita-cerita indah bagi generasi berikutnya dan bukan generasi muda yang hanya bisa menjadi pendengar cerita. B-not

12 November 2008

DROP IN LOADING

http://gandirsetyadi.files.wordpress.com(Courtesy of Bush, David D; Mastering Digital Photography, 2003)

Memang kelihatannya sepele, buka tutupnya kemudian pasang filmnya, tutup kembali tutup belakang kamera, siap deh untuk jeprat-jepret. Walaupun memang sepele tapi memasang film adalah kunci utama keberhasilan kita dalam menciptakan suatu image atau gambar (foto).

Ada cerita mengenai salah seorang teman yang lagi belajar memotret. Dia antusias banget untuk dapat membuat foto yang spektakuler, pokoknya lain dari pada yang lain. Suatu ketika dia pengen memotret, maka pergilah dia ke toko atau lab film untuk membeli film yang isinya 36. Dia minta untuk dipasangkan sekalian film itu ke dalam kameranya. Kemudian mulailah dia keluyuran kesana-kemari mencari obyek untuk fotonya. Setelah jeprat sana, jepret sini tak terasa penunjuk frame sudah menunjukkan angka 36. "Wah sudah habis nih filmku", pikir dia. Maka pergilah dia kembali ke toko yang tadi untuk mencuci sekaligus mencetaknya. Setelah menunggu sehari dia mengambil film yang telah diproses tadi. Betapa kagetnya dia setelah melihat negatif filmnya ternyata bersih tanpa ada gambar sedikitpun. Aku yang menemani dia berkomentar "terlalu bersih kali nyucinya mbak, apa malah pake disikat segala?" sambil sedikit menggoda. "Mungkin pada saat memasang film kemarin nggak nyantol mas, jadi filmnya belum kepake.

Kejadian tersebut sebenarnya tak perlu terjadi jika pada saat kita memasang film dilakukan dengan tepat dan benar. Kita harus pastikan bahwa film tersebut benar-benar telah terkait di pengait film atau belum.

Ada beberapa langkah yang harus kita perhatikan dalam memasang film agar tidak terjadi hal-hal yang bikin kita gondok.

Langkah pertama kita harus lebih dulu mengatur selektor ASA pada angka yang tertera dibungkus film, ini untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pencahayaan. Kecuali bila untuk maksud tertentu (push atau pull).

Langkah kedua kita harus membuka bungkus film dengan hati-hati. Hindarkan dari cahaya matahari langsung, cari tempat yang teduh atau lindungi dengan bayang-bayang kita. Masukan tabung film kedalam kamera dengan membuka tutup belakang kamera, kemudian sisipkan ujung lidah film kedalam celah pengait leader film. Pastikan gerigi penuntun film sudah masuk kedalam lubang-lubang di sisi tepi film. Kokang atau putar maju tuas pemutar film yang letaknya di kanan atas dari badan kamera dengan hati-hati untuk memajukan film hingga film benar-benar terkait di pengait film. Sekali lagi pastikan bahwa gerigi penuntun film benar-benar sudah masuk ke dalam lubang-lubang di tepi film. Yang terakhir tutup penutup belakang kamera, lalu kokang tuas pemutar film hingga dua frame atau hingga angka pada indikator frame menunjuk pada angka satu. Pastikan penggulung film pada kiri atas dari badan kamera ikut berputar pada saat kita mengokang atau memajukan tuas pemutar film.


Nah sepele-kan! langkah-langkah diatas kebanyakan untuk yang menggunakan kamera manual atau kamera pocket model lama. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, memasang film sekarang ini jadi lebih mudah dan gampang. Dengan ditemukannya sistem droop in loading, mempermudah bagi para pengguna kamera. Kita tinggal memasukkan tabung film ke dalam badan kamera, lidah film kita tempatkan pada posisinya dan tutup penutup belakang kamera maka pengait leader film dan gerigi penuntun film akan berputar dengan otomatis menarik lidah film. Kamera yang seperti ini adalah kamera yang sudah dilengkapi dengan fasilitas motor drive. Mingkem


07 September 2008

FirdanMengetik 1.0.42

Yang mau belajar mengetik dengan 10 jari dapat menggunakan aplikasi ini. Cocok juga buat anak SD ato SMP.

Download aja di sini gratis kok.

http://www.ziddu.com/download/2103266/FirdanMengetik.exe.html

03 June 2008

PEMETAAN GUA

Memasuki gua adalah suatu hal yang mungkin tidak asing lagi bagi anggota-anggota Mapala, namun di balik itu apakah kita hanya memasuki gua tanpa perlu mengetahui apa gunanya kita memasuki gua tersebut? atau jangan-jangan kita hanya bisa masuk ke dalam gua tanpa tahu apa definisi gua itu sendiri?

Gua adalah suatu lintasan sungai bawah tanah yang masih mengalir secara aktif atau pernah mengalir. Sementara itu definisi dari pemetaan gua atau yang sering disebut dengan mapping adalah suatu gambaran proyeksi dua dimensi dengan skala lebih kecil dari suatu bidang tiga dimensi yang mempunyai batas-batas tertentu atau dapat juga dikatakan sebagai suatu gambaran proyeksi dengan skala lebih kecil dari suatu gua. Manfaat dari pemetaan gua itu sendiri adalah merupakan bukti otentik dari penelusur gua sebagai penelusur/tim yang pertama kali menelusuri gua tersebut, membantu para ahli dalam mempelajari biospeleologi, hidrologi, ataupun ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan speleologi, untuk mencari korelasi dengan gua-gua sekitarnya. Selain itu peta dapat digunakan untuk memudahkan dalam usaha pertolongan/rescue, kepentingan HANKAMNAS, atau di bidang pariwisata untuk memudahkan/menentukan perencanaan dalam pengembangan gua sebagai obyek wisata dan sebagai data rekaman keadaan gua saat itu yang biasanya disertai dengan foto.

Di dalam memetakan gua itu sendiri sudah barang tentu kita membutuhkan beberapa peralatan yang di antaranya adalah kompas yang digunakan untuk mengetahui berapa derajat perbedaan arah lorong/jalan terhadap arah utara. Clinometer untuk mengetahui kemiringan bidang terhadap sumbu horizontal dalam satuan derajat. Topofil yang sebenarnya memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan pita ukur, hanya saja benda ini berkerja atas dasar roda yang berputar menggerakkan angka-angka dalam satuan centimeter. Pita ukur, pita ini dibuat dari bahan linen atau plat baja tipis yang kemudian seiring dengan perkembangan jaman saat ini telah banyak pula yang dibuat dari bahan fiber yang mana pita ini dilengkapi dengan ukuran dalam satuan mm sampai cm. lembar kerja (work Sheet) juga sangat dibutuhkan dimana lembar kerja ini akan digunakan untuk mencatat data yang diambil selama pemetaan dan lembar ini diusahakan terbuat dari benda yang tahan terhadap air.

Layaknya peta-peta yang lain, peta gua juga memiliki derajat ketelitian (grade) yang berbeda. Tingkatan itu yang oleh BCRA (British Cave Research Association) dibedakan menjadi 6 tingkatan khusus dan pembagian ini berdasarkan keakuratan pengukuran, teknik yang digunakan dan peralatan yang digunakan. Grade I adalah grade yang hanya membuat sketsa dengan akurasi rendah, tanpa membuat pengukuran. Grade II adalah grade yang digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan perantaraan dalam akurasi antar grade I dan III. Grade III adalah pemetaan yang menggunakan survey magnetic kasar, sudut horizontal dan sudut vertical dan diukur dengan peralatan, derajat kesalahan ± 2,5°. Alat ukur jarak dengan kesalahan ± 50 cm, kesalahan posisi stasiun 50 cm. Grade IV dapat digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan survey yang tidak sampai kegrade V tetapi lebih akurat daripada grade III. Grade V adalah survey dengan peralatan magnetic yang mana akurasi sudut horizontal dan vertikalnya hanya ± 1°. Akurasi pengukuran jarak ± 10 cm dan kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm. Grade VI adalah survey yang dilakukan dengan lebih akurat dari grade V. Sementara grade yang terakhir adalah grade X yang mana survey ini menggunakan theodolite sebagai pengganti kompas.

Selain tingkatan-tingkatan diatas BCRA membuat klasifikasi tingkatan peta gua berdasarkan tingkat ketelitian detail survey yang dibagi atas klas A yang mana semua detail dibuat berdasarkan hapalan luar kepala, Klas B yang detail lorong dicatat dalam gua berdasarkan perkiraan, Klas C detail lorong diukur pada stasiun survey, dan yang terakhir Klas D yang detail lorong diukur pada stasiun survey dan antar stasiun.

Kombinasi grade dan Klas juga sering digunakan dengan catatan bahwa derajat pengukuran ini harus diusahakan sejak dua stasiun pertama karena kesalahan yang timbul juga akan bersifat kumulatif dimana semakin jauh dari titik awal maka akan semakin besar pula kesalahan yang ditimbulkan.

Di dalam pemetaan gua terdapat dua metode/system pengukuran yang sering digunakan yang diantaranya adalah forward method dan leapfrog method. Forward method adalah metode dimana surveyor dan pencatat berjalan berurutan (depan dan belakang) hingga stasiun yang terakhir. Sedangkan leapfrog method adalah surveyor dan pencatat saling bergantian berada didepan atau belakang layaknya lompat katak dan metode ini lebih teliti dari metode forward method.

System pemetaan gua berdasarkan arah survey juga terbagi dua yaitu Top to bottom dan Bottom to top. Top to bottom adalah pengukuran yang dimulai dari entrance hingga ujung lorong/dasar gua atau hingga stasiun terakhir. Bottom to top adalah pengukuran dari ujung lorong/dasar gua sampai entrance atau kebalikan dari system Top to bottom.

Pengumpulan data adalah langkah pertama yang bisa digunakan dalam pembuatan peta gua. Pengumpulan data biasanya dilakukan oleh suatu team yang idealnya terdiri dari empat orang dengan pembagian tugas masing-masing. Orang pertama akan bertugas sebagai pembaca alat-alat ukur. Orang pertama ini akan membawa alat-alat seperti clinometer, kompas dan meteran. Orang kedua bertugas sebagai stasiun pengukuran, orang kedua ini membawa ujung meteran yang dipegang oleh orang pertama. Tinggi orang pertama dan kedua sedapatnya diusahakan memiliki tinggi yang sama dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian dalam pengukuran elevasi (kemiringan lantai). Orang ketiga bertugas sebagai pencatat data pengukuran, descriptor untuk cross system (irisan lorong) dan sketsa perjalanan. Orang keempat adalah leader, penentu titik stasiun maupun sebagai pemasang lintasan pada penelusuran gua vertical.

Data-data yang diambil berupa sudut clinometer untuk mengetahui elevasi/sudut kemiringan lantai gua. Sudut kompas untuk mengetahui arah lorong dari arah utara kompas. Jarak miring untuk mengetahui jarak antar stasiun pengukuran. Jarak kiri/kanan untuk memperoleh jarak antara dinding kiri dan kanan dari stasiun pengukuran. Tinggi atap untuk mengetahui tinggi atap pada setiap stasiun pengukuran. Cross section adalah penampang lorong gua. Sketsa perjalanan adalah sketsa yang dibuat dari arah kompas dan diisi dengan keterangan-keterangan yang tidak terdapat dalam work sheet data (diisi dengan simbol-simbol kondisi gua, ornament gua, air, lumpur, pasir dan hal-hal lainnya).

Setelah semua data yang diperlukan diperoleh barulah diadakan perhitungan data untuk menghitung data-data yang diambil dilapangan. Untuk perhitungan ini sudah ada table yang didalamnya terdapat rumus-rumus yang akan diper-gunakan, antara lain menggunakan rumus Jarak datar (I) = cosinus klino x jarak miring (D), Absis (X) = sinus kompas x jarak datar (I), Koordinasi sumbu x (2x) = penambahan absis terhadap status sebelumnya, Ordinasi (Y) = cosinus kompas x jarak datar (I), Koordinasi sumbu Y (ÓY) = penambahan ordinat terhadap status sebelumnya, Beda elevasi (h) =tangent klino x jarak datar (I), Beda elevasi total (Óh) = penambahan beda elevasi terhadap stasiun sebelumnya. Dalam penggunaan rumus-rumus diatas hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penghitungan Óx, Óy, Óh pada percobaan sebelumnya.

Setelah semua data-data diperoleh, barulah gua dapat digambarkan sebagai plan section, extended section, projected section atau peta gua tiga dimensi. Plan section adalah peta gua tampak atas., extended section adalah peta gua tampak samping tanpa proyeksi, sedangkan projected elevasion adalah peta gua tampak samping, diproyeksikan dari plan section.

Tahapan-tahapan dalam menggambar peta gua diawali dengan menentukan skala peta dan arah utara peta, penentuan titik koordinat tiap stasiun (system koordinasi polar, system koordinasi cartesius), penetuan jarak titik dinding dan kanan tiap stasiun dan tiap perubahan lebar lorong, menghubungkan titik dinding kiri dan kanan antar stasiun, memasukkan symbol-simbol koordinasi gua, menggambar cross section dan membuat kelengkapan peta. Kelengkapan peta sendiri terdiri dari nama gua, grade peta, lokasi gua (administrasi, geografi, elevasi dpl), arah utara peta, skala peta (grafis, fraksi), waktu survey (tanggal, bulan, tahun), surveyor (kelompok, anggota, acara), panjang dan kedalaman gua dan yang terakhir diharapkan adanya foto-foto gua tersebut. Selamat mencoba !!! Cepot

15 May 2008

SYSTEM PEMANJATAN

Dalam pemanjatan big wall, dimana pemanjatan dilaku-kan sampai berhari-hari, karena jalurnya yang panjang dikenal dua sistem yang biasa digunakan yaitu Sistem Alpine (Alpine Push) dan Himalayan (Siege Tactic atau Himalayan Style).

Sistem Alpine (Alpine Push) adalah system yang mana pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun ke basecamp, jadi pemanjat selalu berada di tebing saat tidur sekalipun (tidur gantung/hanging bivouak). Didalam system pemanjatan ini segala aktifitas di luar pemanjatan akan dilakukan di tebing, untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus benar-benar diperhitungkan, misal kebutuhan makan, minum dan lain-lain. Penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan personil yang bertugas untuk mengangkat barang-barang yang banyak tersebut dengan teknik load carry sehingga membutuhkan personil minimal tiga orang (1 orang leader, 1 orang bellayer dan 1 orang load carry).

Setelah pemanjat terakhir (person load carry) sampai ke picht diatasnya, tali (fixed rope) yang digunakan naik dengan sistem jummaring langsung digulung untuk dibawa naik ke pitch berikutnya, setelah tali dianchor di picht selanjutnya tali itu digunakan untuk naik person (load carry). Jadi tidak ada tali menggantung untuk turun sebelum sampai kepuncak. Keuntungan dari system pemanjatan ini antara lain pemanjat tidak perlu turun kedasar (ground) untuk istirahat (malam) dan naik lagi ke picht terakhir untuk melanjutkan pemanjatan, Jumlah tali yang dibutuhkan relatih lebih sedikit, waktu pemanjatan yang diperlukan akan lebih singkat. Namun dibalik itu semua system ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan yang mengevakuasi barang-barang keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh leader dan bellayer tersebut (termasuk untuk pemasangan lintasan untuk load carry), waktu istirahat malam hari kurang yang disebabkan posisi tidur menggantung.

Sistem pemanjatan yang kedua adalah Himalayan (Siege Tactic atau Himalayan Style) yang mana pemanjatan hanya dilakukan hingga sore hari, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Tali yang digunakan sampai picht terakhir ditinggal untuk melanjutkan pemanjatan, Jadi sebelum melanjutkan pemanjatan leader dan bellayer jumaring sampai picht terakhir, baru kemudian melanjutkan pemanjatan. Kelebihan-kelebihan system ini adalah dalam pemanjatan cukup dibutuhkan dua personil untuk membuka jalur (leader dan bellayer), tidak diperlukan load carry dan hanging bivoak, walaupun hanya satu personel yang mencapai puncak pemanjatan sudah dianggap berhasil, yang terakhir pemanjat dapat melakukan istirahat dengan nyaman dibase camp. Kekurangan nya ialah membutuhkan banyak peralatan terutama tali, Panjang tali disesuaikan dengan panjang lintasan yang akan dilakukan dalam pemanjatan, pemanjatan yang menggunakan system ini membutuhkan waktu lebih lama. Mufti & Bdx

02 May 2008

BERMAIN SAMBIL BERLATIH

Ketika banyak orang-orang berkata/menasehati bahwa banyak bermain itu akan merugikan diri sendiri dan tak ada yang bermanfaat, kecuali hanya kesenangan sesaat. Disini saya akan mencoba menawarkan bentuk kegiatan bermain yang mungkin bermanfaat dan bahkan akan mendatangkan kesuksesan, khususnya buat orang-orang yang menyukai olah raga panjat tebing.

Dalam olah raga panjat tebing, pada saat seorang atlit panjat tebing berlatih tiap hari tanpa ada metode dan program latihan khusus, dan pada saat atlit tersebut mengikuti perlombaan dan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, padahal dia sudah latihan setiap hari, maka disitulah kebosanan kepada olah raga panjat tebing (mutung) datang. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu ada program latihan khusus dan metode latihan yang variatif.

Berbicara soal metode latihan, gue punya sedikit dari banyaknya metode latihan yang ada dalam olah raga panjat tebing. Mungkin lo bisa mempraktekannya.

Dalam berlatih ajaklah teman-temanmu yang menyukai olah raga panjat tebing untuk latihan bareng, jumlahnya sebanyak 3 orang atau lebih, dan dalam metode ini kamu hanya butuh modal chalk bag dan sepatu panjat (kalau ada) tapi bila tidak ada kamu juga bisa juga nyeker (telanjang kaki). Lalu setelah kamu dan temanmu siap segeralah menuju tempat latihan (boulderan) yang ada di sekitar daerahmu. Bisa juga menggunakan wall climbing tapi gunakan aja sisi bawah 'bouldernya' aja, karena disini kamu hanya latihan boulder saja.

Setelah kamu dan temanmu sampai di tempat latihan, siapkan jalur pemanjatan sebanyak 5 jalur, untuk pembuatan jalur kamu bisa memberi tanda pada sekitar point (pegangan) dengan lakban berwarna atau bisa kapur tulis. Untuk jalur diusahakan gradenya (tingkat kesulitan) sama atau lebih dari kamu dan temen-temenmu, dimaksudkan untuk meningkatkan grade pemanjatan kamu. Jalur yang dibuat adalah jalur pendek, kira-kira 5-10 move (gerakan).

Setelah jalur siap, memanjatlah di jalur 1 sebanyak 5 kali pemanjatan dan diselingi semua peserta yang lain (maksudnya kamu memanjat dan ketika sudah sampai top atau terjatuh kamu bergantian dengan temanmu), namun sebaiknya di usahakan agar dalam pemanjatan mencapai top, tetapi sebelum memanjat ada baiknya kamu lakukan pemanasan terlebih dahulu agar badan kamu tidak terasa sakit setelah latihan. Bences

18 April 2008

MENAMBAH ISI

Kode Etik Pecinta Alam Indonesia :
PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA.
PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR.
PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH YANG MAHA ESA.
Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan:
  1. Mengabdi kepada tuhan yang maha esa.

  2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.

  3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air.

  4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.

  5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam.

  6. Berusaha saling membantu serta saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air.

  7. Selesai.

Disyahkan bersama dalam GLADIAN IV 1979 di Ujung Pandang.

Sebagai kaum intelektual kita seharusnya mampu membawa perubahan kepada arah yang lebih baik dan dinamis. Itu merupakan suatu kewajiban yang memang berada dipundak kita sebagai pecinta alam dan generasi muda, tunas bangsa yang akan melanjutkan kehidupan negara ini.
Kemajuan tidak akan pernah datang jika tidak ada perubahan, bagaimana dengan kode etik pecinta alam?, Harus ada yang ditambah dalam isi kode etik pecinta alam indonesia.
Kenapa tidak? Undang-undang dasarpun bisa diubah jika dikehendaki oleh bangsanya.
Sebuah bangsa tidak akan maju, bahkan akan semakin terpuruk jika masyarakatnya, atau rakyatnya tidak mencintai bangsa itu". Oleh karena itu perlu ada penambahan satu point sebelum pernyataan yang dianggap sebagai hakekat kode etik pencinta alam indonesia tersebut, Dengan menambahkan point ke 7. Mencintai negara ini sebagai satu kesatuan bangsa. Dan point ke "8. Selesai".
"Terkadang cinta tak perlu diucapkan". Tapi pencantuman point tadi pada kode etik pecinta alam indonesia, sebagai salah satu wujud bahwa kita memang mencintai negara ini, walaupun perahu bangsa kita saat ini sedang dilanda badai tak berkesudahan. Dan kita sebagai kaum intelektual, dengan menggunakan semangat perubahan itu, maka sudah sepatutnya kita terpacu untuk berbuat yang lebih baik untuk bangsa ini.
Penambahan point tersebut juga lebih menegaskan bahwa, kita sebagai pecinta alam sangat mencintai bangsa ini, dan tidak akan pernah untuk mengkhianatinya, sekecil apapun. Siapa tahu suatu saat kita dituduh mengkhianati bangsa ini oleh kaum generasi seterusnya, yang saya rasa jauh lebih pandai dan pintar dari generasi saat ini. Karena dalam janji kita tidak pernah mencantumkan bahwa kita mencintai bangsa ini.
Tidak bermaksud mengkhianati niat-niat luhur dan nilai-nilai yang dibawa serta yang telah dikemukakan oleh para pendahulu kita, yang telah melahirkan kode etik pencinta alam indonesia. Tetapi jika niat kita tulus untuk memperbaiki bangsa ini, hal itu menjadi satu korelasi yang tidak salah untuk dilakukan.
Jogjakarta sebagai kota pelajar, seharusnya mampu membawa pemaparan ini, kepada publik pecinta alam. Sebentar lagi kita memiliki moment besar yang sangat berpengaruh terhadap mapala seluruh indonesia (TWKM) yang akan diadakan di Mapalaska IAIN SUNAN KALIJAGA. Kita harus mampu memanfaatkan moment tersebut sebagai media untuk membawa perubahan kearah yang lebih baik.
Tentunya ini tugas kita bersama untuk mewujudkannya. Jika perubahan itu bisa dimulai dari jogja, kenapa tidak? Qonyek

06 April 2008

KEBERSAMAAN YANG BERLEBIHAN

One for all and all for one adalah salah satu kata-kata yang kuingat dari film yang pernah kutonton. Didalam kehidupan kita memang saling membutuhkan satu sama lainnya karena manusia adalah makhluk zoon politicon (makhluk sosial) yang berarti bahwasanya kita tidak bisa hidup sendiri. Di dalam berorganisasi kita juga diajarkan kebersamaan terutama pada organisasi-organisasi pecinta alam dimana kita lebih ditekan agar selalu menjaga rasa kebersamaan tersebut baik itu disaat suka maupun duka kita selalu berbagi cerita bersama di basecamp, disaat nongkrong bahkan disaat berkegiatan sekalipun.

Tetapi disaat rasa itu menumpuk dan mulai terasa menyebalkan, rasa kebersamaan yang berlebihan tersebut berubah menjadi rasa memiliki bersama layaknya bajumu adalah juga bajuku, sandalmu adalah juga sandalku dan mungkin masih banyak lainnya (asal jangan pacarmu adalah juga pacarku saja).

Mungkinkah rasa kebersamaan ini jelek?? atau kita yang telah salah persepsi tentang arti kebersamaan yang sebenarnya?? menurutku bukan rasa kebersamaannya yang jelek tetapi personnya saja yang kurang memiliki rasa bertanggung jawab.

Memang sulit untuk mengubah suatu komunitas atau individu yang telah terpatri dengan sifat seperti itu. Apakah kita harus memasang gembok pada sandal? Bukankah itu adalah suatu hal yang sangat tidak lucu!! tetapi bila itu semua tidak dihentikan dari sekarang kapan lagi kita akan berubah? kapan yach kita sadar akan perilaku kita yang jelek dan kapan pula kita berusaha memperbaikinya yang juga berarti tidak melestarikannya. Boby GPA

18 March 2008

KEMANA KITA MELANGKAH ?

Mengenal dunia pecinta alam adalah sesuatu yang mengasyikkan, penuh tantangan, penuh persahabatan, lekat dengan berbagai kreatifitas, solidaritas dan kebersamaan, membuka mata kesadaran ita akan kebesaran Tuhan dan mendekatkan kita dengan lingkungan serta memahami arti pentingnya kelestarian alam. Namun itu semua akan kita dapati 8 tahun lalu kebawah (1996, 1995, 1994,...) didunia pecinta alam, lalu bagaimana beberapa tahun setelahnya? Pecinta alam hanya celoteh belaka, tak lebih dari kelompok-kelompok (yang lebih tepat kita sebut) fashion show.

Adalah suatu hal yang cukup ironis ketika pecinta alam yang dulunya selalu menjadi ujung tombak gerakan-gerakan generasi muda yang haus akan perubahan dan selalu identik dengan aktivis lingkungan hidup. Saat ini terlihat semakin jauh dari hakekat yang disandangnya, mereka terlihat bingung, hilang arah dan terkesan mandul, tak mampu lagi menjadi ujung tombak setajam dulu. Kalau dulu rambut gondrong, tampang kumal karena aktif di kegiatan lapangan/lingkungan sekarang rambut gondrong hanya modal agar kelihatan seram dan terkesan bebas, apalagi ditambah anting-anting disana-sini.

Cobalah lihat, kita yang menamakan diri Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam), benarkah kita mahasiswa? benarkah kita pecinta alam? jika iya, berapa persentase kehadiran kita mengikti perkuliahan selama ini? dan berapa persentase kegiatan kita di lingkungan hidup? Kesan yang tertangkap orang awam selama ini, kita yang katanya Mapala justru mahasiswa bukan, pecinta alam juga bukan, lalu kita ini apa? komunitas nongkrong, atau sekelompok gangster kampus?

Kita (baca: Mapala) selama ini terlalu sibuk dengan petualangan-petualangan kita, yang justru banyak membuat tempat tak terjamah (tebing, gunung, gua, dll) dihiasi oleh sampah-sampah kota, kita terlalu sibuk mencari pengakuan dari kelompok lain atau masyarakat lain bahwa siapa kita dan seberapa hebat kita dengan menggelar event-event (ekspedisi misalnya) dengan orientasi petualangan. Mungkin kerangka pikir tentang lingkungan sudah menjadi nomor yang kesekian di otak kita.

Belum lagi lingkungan sekitar kita (dunia mapala) dipenuhi oleh kawan-kawan yang sibuk berpolitik, sibuk mendewakan egonya, bahkan mencari keuntungan pribadi di organisasi yang seharusnya mengharamkan itu semua. Alhasil intrik-intrik kotor, saling curiga dan negative thinking yang lain mewarnaikehidupan organisasi kita.

Lalu kapan kita akan sedikit peduli pada lingkungan jika masih sibuk hantam sana, hantam sini. Sosok Mapala yang dulu dikenal sebagai seorang yang mampu beradaptasi di kondisi dan di lingkungan apapun, dikenal humoris, asyik dalam berteman karena tingkat solidaritasnya tinggi (bukan hanya pada sesama Mapala) kini tak lebih hanya sosok menyeramkan, menyebalkan dan menjengelkan karena suka tak tahu diri (baca: tak tahu aturan) sebagai manifestasi dari penafsiran yang salah tentang kebebasan.

Kapan Mapala akan kembali mampu memberi arti lebih dari sekedar nama yang disandangnya? apakah sampai pohon terakhir kita tebang? atau apakah saat sungai-sungai tak lagi berair jernih?

Jawabnya adalah seberapa cepat kita sadar untuk segerakembali ke hakekat kita sebagai pecinta alam.

Bumi masih terus menangis...
Hutan masih terus merintih...
Lapisan ozon terus dirobek keperawanannya...

Sungai-sungai semakin tercekik pekatnya limbah...
Sementara kita terus tertawa dan bernyanyi...
Berjalan tanpa arah... Uthenk

04 March 2008

ARTI SEBUAH KEGAGALAN

Ada banyak pepatah yang mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar, salah satu diantaranya adalah "Orang yang mau mencoba melakukan sesuatu dan gagal jauh lebih baik dibanding orang yang tidak berbuat apa-apa". Tetapi sering kali kita tidak mau perduli. Tidak ada salahnya kita mengupas sedikit tentang permasalahan tersebut. Apalagi dikalangan organisasi kepecintaalaman dalam melakukan suatu kegiatan seperti pendakian gunung, penelusuran gua atau pengarungan sungai. Kita pasti merasa takut nantinya kegiatan tersebut mengalami kegagalan atau hambatan dalam pelaksanaannya, walaupun direncanakan dengan baik. Seperti kita ketahui setiap orang pernah merasakan kegagalan, baik itu orang yang sukses dan terkenal sekalipun. Jadi kenapa banyak orang merasa takut akan kegagalan.

Apapun alasanya kita harus ingat bahwa kegagalan dan kesuksesan adalah salah satu bagian dari hidup. Begitu banyak orang kehilangan kesempatan karena takut gagal. Satu hal yang perlu diingat kita tidak akan pernah mampu memanfaatkan potensi diri, kalau tidak pernah berusaha dan mencoba sesuatu hal yang baru (hal-hal yang positif tentunya). Memanfaatkan kesempatan dengan sedikit resiko akan menjadikan kita orang yang siap dalam menghadapi sebuah kegagalan. Gagal bukan artinya seorang pecundang (loser). Mungkin kita tidak cukup cermat merencanakannya dan bertindak terlalu gegabah atau tidak memiliki prasarana yang cukup dalam mencapai tujuan yang kita inginkan.

Jangan pernah takut mengalami kegagalan karena kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda dan jangan sampai masalah itu menjadi boomerang bagi kita sendiri. Salah satu kunci mengatasi rasa takut mengalami kegagalan adalah sikap. Bagaimana sikap atau tindakan kita selanjutnya dalam mengatasi sebuah kegagalan.

Kegagalan sebaiknya kita jadikan pengalaman atau guru yang terbaik, agar bisa kita jadikan acuan untuk masalah selanjutnya. Jika kita tak pernah melakukan sesuatu karena takut gagal, itu adalah pemikiran yang bodoh. Kapan kita akan maju?. Kapan kita akan menuju perubahan yang lebih baik?. Mulailah bersifat tegas sejak dini dan jangan ragu memulai hal-hal yang baru. Percayalah itu merupakan tindakan yang terbaik bagi kemajuan kita, selama tidak menyalahi aturan-aturan yang ada.

Do your best…..!!! Teplok

18 February 2008

MAPALA BESOK JADI APA YA ?

Kita semua tahu apa yang dimaksud dengan perasaan. Sering kali kita berdiri ditepi pantai saat sang surya terbenam, atau memandangi hijaunya hutan dikejauhan saat matahari terbit, atau indahnya langit saat bintang-bintang bermunculan, lalu kita merasakan hadirnya suatu kekuatan. Pemandangan dan suasana seperti ini membuat keingintahuan kita akan makna keberadaan kita misteri tentang siapakah kita, untuk apakah kita hidup dan apa lagi yang dapat kita raih. Menatap dunia yang jauh didepan menembus batas cakrawala imajinasi.

Detik menit jam hari miggu bulan tahun! Tanpa terasa umur kita didunia ini semakin hari semakin bertambah. Sesaat akan terpikir dibenak kita jadi apa kita nantinya. Apa setelah kuliah ini cita-cita yang diimpikan dapat kita raih, menjadi suatu pertanyaan besar bagi diri kita sendiri. Dan menjadi tugas berat bagi untuk menjawabnya. Dan bila hanya sekedar menjawab tanpa mewujudkannya, ini menunjukkan berarti kita hanya seorang pecundang dan pemimpi.

Setelah kuliah ini, kita keluar dari kehidupan kampus dan dihadapkan dengan dunia luar kampus yang mempunyai permasalahan yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan beberapa masalah yang kita hadapi sekarang. Kita dituntut untuk untuk lebih respek dan lebih sensitif menghadapi perkembangan sekitar. Saat itu kita tidak hanya mementingkan diri kita sendiri namun memikirkan kehidupan keluarga yang telah kita bangun. Secara pribadi yang ada dalam pemikiran hanyalah materi untuk keluarga. Hal ini tidak dapat kita pungkiri.

Dari saat inilih kita sudah harus mempersiapkan diri sedini mungkin untuk menghadapi dunia luar saat meletakkan status diri tidak lagi sebagai mahasiswa. Apa Mapala sebagai Mahasisiwa Pencinta Alam sudah siap untuk hal itu? Menjadi pertanyaan besar lagi bagi kita. Basic kita sebagai orang lapangan yang menjadi pegangan kita untuk menjadi orang yang berhasil.

Cukup banyak masyarakat berpendapat bahwa Mapala hanyalah sebuah organisasi sekedar penyalur hoby dan tidak ada gunanya dimasa yang akan datang. Hal serta pemikiran seperti inilah yang harus kita mentahkan.

Mantan-mantan Mapala besoknya harus jadi pemimpin dan bukan menjadi yang dipimpin.

“STUDENT NOW LEADER TOMORROW”

Yang ada di depan kita dan yang ada dibelakang kita hanyalah sebuah masalah kecil dibanding yang ada di dalam diri kita. Dan bila yang didalam itu kita bawa kedunia luar, keajaiban bisa terjadi. L-BY (0017)

07 February 2008

TITIK KRITIS

Kenapa sich orang ingin masuk goa dan rela berada dalam kondisi gelap gulita?, kenapa juga orang mau masuk jeram dan rela basah kuyup dengan resiko kelelep?, kenapa ada sebagian orang yang mau naik gunung dan rela menahan dingin dan tawar menawar dengan hipothermia? atau pernah lihatkan orang yang memanjat tebing yang tinggi dan berkompromi dengan fear factor dan dehidrasi?, kalau ditanya ke pelakunya ada aja jawaban mereka mulai dari yang paling lugu misalnya ingin menikmati keindahan dari kekuasaan Sang Pencipta sampai ke jawaban yang paling ekstrim misalnya ingin menguji nyali. Jawaban yang terakhir kedengarannya konyol, dan terlalu berani untuk golongan manusia yang hanya memiliki satu nyawa. Pertanyaan selanjutnya, kenapa orang mau menguji nyalinya?, apakah demi sebuah pengakuan bernyali gede? atau demi sejumlah nominal? Mungkin iya dan mungkin ngga’. Tulisan selanjutnya akan mencoba membahas jawaban kaum ekstremist yang kedengarannya aneh itu.

Di dunia petualangan khususnya di dunia Mapala, seringkali kita mendengar kawan-kawan kita atau bahkan kita sendiri melakukan kegiatan tersebut. Dan dilakukan tidak demi sebuah pengakuan atau demi uang, hal itu dilakukan demi program kerja pengurus eh... bukan... maksud saya demi sebuah kepuasan.

Kepuasan disini adalah kepuasan yang sesungguhnya, bukan kepuasan seperti yang kita dapatkan dari makanan yang setelah dimakan akan kita keluarkan dalam bentuk t**k. Kepuasan seperti itu biasanya akan didapat saat kita melewati suatu titik yang sangat menentukan nasib kita kedepan, terkadang pilihan terakhir hidup atau mati. Titik penentu nasib kita kedepan dalam kegiatan alam bebas ini cocoknya diberi nama titik kritis. Saat kita berarung jeram perahunya flip kemudian kita masuk kedalam hole, disini kita berada di situasi kritis penyelesaian yang kita ambil dalam situasi ini sangat menentukan nasib kita, bila kemudian kita bisa keluar dari hole dan memflop perahu kemudian menolong kawan-kawan lain yang masih di jeram situasi ini merupakan situasi yang sangat memuaskan. Atau saat SRT-an di gua yang dalamnya 150 m, ketika ascending kita sudah mencapai ketinggian 90 m, dan jummer kita patah, saat kondisi kritis seperti ini adrenalin kita akan meningkat dan akal sehat akan berubah menjadi rasa panik yang tak tertahankan bisa jadi kita malah pingsan ditengah lintasan, namun bila sedikit lebih tenang dan mengambil langkah yang benar dan cepat, sesampainya di atas kitalah orang yang paling puas dan bahagia didunia ini saat itu, mungkin lebih puas dari Neil Armstrong saat menginjakkan kaki ke bulan atau Christoper Columbus saat menginjakkan kaki di Amerika.

Melewati saat kritis ditengah gejolak adrenalin adalah suatu hal yang sangat memuaskan, walaupun masih banyak orang yang menganggap hal itu adalah pemborosan dan sia-sia. Bikin cape’, resiko tinggi, ngabisin duit dan kegiatan itu buat orang yang kurang kerja’an aja. Sejauh ini begitulah pandangan orang yang terlalu dangkal dan dini terhadap arung jeram, susur gua, panjat tebing, mendaki gunung dll. Mereka lupa akan satu hal yang terlalu mahal untuk dinilai dengan rupiah yang bisa didapatkan dari kegiatan itu. Nolly Lomamay

21 January 2008

SMOKING

Merokok; suatu perilaku yang dapat menyebabkan kecanduan



Kebanyakan orang menyadari karakteristik bahaya yang menyebabkan kecanduan di dalam heroin, alkohol atau obat-obatan lain, sedangkan mereka mempertimbangkan merokok hanya sebagai kebiasaan yang tidak baik saja. Tetapi justru nikotin bahkan lebih menyebabkan kecanduan dibanding alkohol atau heroin. Nikotin yang terdapat di tembakau merupakan suatu stimulans, seperti obat bius kokain atau amphethamin. Lingkup dari masalah yang sedang mengejutkan: heroin bisa membunuh beratus orang dalam satu tahun, tetapi berbagai macam penyakit yang terkait dengan tembakau membunuh lebih banyak tiap minggunya.

Akan tetapi apakah kecanduan nikotin dikualifikasikan sebagai suatu penyakit yang menyebabkan kecanduan? Dapatkah itu digolongkan kecanduan? berikut ini adalah akibat dari kebiasaan merokok :

  1. PAKSAAN
  2. Para perokok yang mencoba untuk berhenti dan kemudian kembali, mereka seperti mengalami paksaan yang sangat kuat dari diri sendiri sehingga mereka mengkonsumsi lebih banyak lagi rokok dibandingkan sebelumnya.
  3. PENGGUNAAN YANG DITERUSKAN
  4. Kebanyakan perokok mulai melakukanya di umur anak belasan tahun dan berlanjut hingga merokok setidaknya sepuluh tahun kedepan sebelum mereka meninggalkan kebiasaan tersebut.
  5. PERMASALAHAN MEDIS
  6. Aspek negatif dari merokok kepada tubuh seperti sesak nafas, batuk, penyakit paru-paru atau beberapa penyakit kanker yang dapat memperpendek umur para perokok.
  7. TOLERANSI
  8. Kebanyakan perokok mulai dengan satu batang rokok sehari dan secara berangsur-angsur meningkatkan konsumsi rokok sampai mereka mendekati satu bungkus perhari. Sebagian orang bisa mengkonsumsi sebanyak dua, tiga atau bahkan empat bungkus dalam periode dua puluh empat jam.
  9. KECANDUAN
  10. Saat perokok mencoba untuk berhenti atau mengurangi konsumsi rokok, mereka menjadi emosional, dan gelisah dikarenakan menurunya kadar nikotin di dalam aliran darahnya. Kemudian, mereka menambah kadar nikotin dengan merokok lebih banyak.
  11. SISTEM PERTAHANAN
  12. Lain halnya dengan efek negatif heroin atau obat-obatan yang menyebabkan kecanduan, efeknya lebih kuat dan nyata di dalam suatu jangka waktu yang pendek. Sedangkan merokok akan kelihatan kuat dan nyata di dalam suatu periode waktu yang lama. Perokok yang merokok banyak, dalam satu hari organ-organ tubuhnya masih berfungsi sebagaimana orang-orang normal sampai beberapa tahun. Saat mereka mulai merokok di masa remaja, lima belas tahun kemudian kanker akan berkembang di paru-paru mereka. Lebih- lebih lagi merokok disahkan oleh undang-undang, jadi mereka lebih bebas dari para pencandu narkoba dan miras. Bahkan mereka mengembangkan opini “Semua orang boleh merokok, bahkan para dokter pun melakukanya !; Kamu tidak punya urusan untuk meminta pada aku untuk tidak merokok; Aku punya hak untuk merokok!; Ini badanku,ini uang ku, ini aku, mengapa menjadi sangat ribut?; Semua orang akan mati bagaimanapun, mengapa aku tidak merokok?; Merokok membuat aku menjadi lebih lebih baik dan membantu aku lebih berkonsentrasi YOU KNOW, BUT YOU DO IT !!!

Sangat banyak orang-orang berpikir tidak ada yang salah dengan hidup mereka dan kemudian mereka mati oleh karena kecanduan rokok. Dan lebih buruk, tidak sama dengan pencandu obat-obatan yang membahayakan diri mereka, perokok dapat merugikan tidak hanya diri mereka saja, tetapi juga mereka yang berada didekat perokok bernafas menghisap asap para perokok. Mereka menjadi perokok pasif, dan beresiko juga terkena penyakit seperti diatas. Banyak orang-orang tetap pada tuntutannya akan merokok, bahkan di tempat umum. Sungguh menjengkelkan, bayangkan saja didalam bis yang penuh asap rokok pasti sumpeknya minta ampun.

Orang-orang sebenarnya sadar akan ancaman kesehatan akibat merokok hanya saja justru mereka mengomel setiap ada peningkatan harga rokok, walaupun begitu dengan damainya mereka membelanjakan banyak uang dalam satu bulan untuk rokok.

Taken from Contact magazine Vol 7/99
Translated & rewraited by Sonyol.

09 January 2008

A S A

Pada artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai bagaimana mendokumentasikan suatu kegiatan dan hal-hal yang yang mendukung masalah dokumentasi ini. Salah satu yang akan kita bahas pada edisi kali ini adalah masalah kepekaan film (ASA).

Sering kita menemui pada foto yang kita hasilkan terlihat gelap (under exposure) atau terlalu terang (over bexposure). Mungkin ini disebabkan oleh pada saat memotret kita tidak memperhatikan pada lingkungan atau kondisi cahaya pada sekitar obyek yang kita potret. Apakah pada saat itu sedang terik matahari (jika berada di luar ruangan), mendung, sore, atau di dalam ruangan dengan lampu neon 20 watt.

Sebenarnya memotret sama saja dengan melukis. Kuas kita umpamakan dengan kamera dan cat kita umpamakan dengan cahaya. Agar foto yang kita hasilkan terlihat bagus maka kita harus tahu seberapa cahaya yang kita butuhkan. Jangan sampai berlebih atau kurang.

Jika kita menggunakan kamera manual (SLR), kita dapat mengatur kebutuhan cahaya yang ditunjukan oleh alat pengukur pencahayaan (lightmeter), tapi jika kita menggunakan kamera kompak atau pocket yang tak ada pengatur cahaya ataupun pengukur cahaya bagaimana?

Jika kita membeli film di toko atau lab film maka kita akan ditanya oleh penjualnya,”Film yang asanya berapa?” Biasanya film-film yang sering kita temui di pasaran adalah film dengan ASA 100, 200, dan 400. ASA adalah singkatan dari American Standard Association yang artinya tingkat kepekaan atau kecepatan dari film tersebut. Yang dimaksud kepekaan atau kecepatan disini adalah kebutuhan film akan cahaya dan kemampuan menangkap gerakan obyek. Makin besar angka satuan kecepatan film, makin sedikit cahaya yang diperlukan untuk menyinari film, demikian sebaliknya. Film ASA 200 mempunyai kecepatan film satu tingkat diatas film ASA 100, sedangkan film ASA 400 mempunyai kecepatan film dua tingkat diatas film ASA 100.

Kita sebagai pecinta alam sering melakukan kegiatan di luar ruangan, misalnya panjat tebing, arung jeram, dan lain-lain. Apabila kita kebetulan ditunjuk sebagai dokumentator kegiatan alangkah baiknya sebelumnya kita merencanakan dulu bagaimana dan apa yang diperlukan dalam pendokumentasian nantinya, dimana dan bagaimana kondisi cuaca pada saat itu.

Semisal kita akan memotret di gunung dengan cuaca cerah di bawah terik sinar matahari, dan obyek yang kita jepret kebanyakan obyek-obyek tidak bergerak, kita cukup membawa film dengan ASA 100, karena kondisi cahayanya cukup atau malah kadang berlebih. Dengan menggunakan film yang tingkat kepekaannya tidak terlalu tinggi rasanya sudah pas untuk kondisi cuaca seperti contoh diatas.

Lain lagi jika kita melakukan susur gua. Kondisi cahaya di dalam gua kita ketahui minim sekali dan malah tidak ada cahaya sama sekali. Ini lebih sulit lagi dalam pendokumentasian nantinya. Kita membutuhkan film dengan tingkat kepekaan cahaya yang lebih tinggi (ASA 400 atau lebih), dan sumber cahaya buatan sebagai pengganti sinar matahari. Untuk memotret dalam kondisi seperti di atas memerlukan tehnik atau cara khusus yang akan kita bahas pada edisi mendatang. Paling tidak untuk saat ini kita sudah mengetahui tentang ASA film dan sedikit mengenai penggunaannya.

Jangan pernah berhenti mengasah kemampuan kita sebab dengan sering mengasahnya maka akan terungkap ketidaktahuan-ketidaktahuan yang sering mengganggu dalam pikiran kita. Fotografi tak beda jauh dari climbing, caving ataupun paragliding, pokoknya jangan bosan untuk menjepret dan jepret teruuuuuussss……....!. Selamat berkarya. Mink

01 January 2008

ILMU PENAKSIRAN (Lebar Sungai)

Dalam suatu perjalanan terkadang kita dihadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskan untuk menaksir terlebih dahulu kondisi medan yang akan dihadapi artinya agar saat melewati medan tersebut kita tidak terjebak dalam kesulitan, misalnya sebelum menyeberang sungai, kita harus menaksir lebar, kedalaman serta kecepatan arus sungai yang akan kita lalui. Sebelum memanjat tebing kita harus menaksir tingginya agar dapat memperkirakan panjang tali, serta peralatan lain yang kita perlukan. Hasil penaksiran yang kita dapatkan memang belum tentu sepenuhnya benar, ketelitian hasil penaksiran akan tergantung dari kecermatan dan pengalaman.

Sebelum kita meneruskan lebih jauh maka ada baiknya bila kita mengetahui lebih dahulu apa yang dimaksud dengan penaksiran. Penaksiran adalah proses mengetahui sejumlah hal yang dialami melalui panca indera, anggota tubuh dan pengalaman serta terkadang dengan bantuan alat yang minimal. Sementara itu panca indera adalah lima bagian tubuh kita yang digunakan untuk merasakan sesuatu yang terdiri dari indera perasa yang berguna untuk membedakan manis, asin, asam, dan kecut. Indera penciuman adalah indera yang mendeteksi sejumlah bau seperti bau harum, tengik, anyir, amis dan busuk. Indera pendengaran adalah indera yang mengartikan dengungan suara yang terjangkau oleh telinga. Indera peraba adalah indera yang mengartikan sentuhan atau rabaan kulit terhadap alam sekitar. Dan yang terakhir adalah indera penglihatan yang mengartikan cahaya dari sumber cahaya tersebut.

Untuk mempermudah penaksiran sebaiknya kita mengetahui sebanyak mungkin segala sesuatu yang dapat dijadikan standar pengukuran seperti bagian-bagian tubuh kita sendiri seperti panjang rentang tangan, panjang jengkal jari, lebar langkah kaki, panjang telapak tangan, tinggi badan, berat badan atau hal-hal lain seperti itu. Dan dapat juga menggunakan benda-benda yang dibawa dalam perjalanan seperti ukuran syal, sabuk (ikat pinggang). Dan yang terakhir adalah hal-hal lain yang yang dapat dijadikan standar seperti jarak tiang listrik, jarak tanam pohon karet, dll. Namun, akan lebih baik lagi jika yang dijadikan standar adalah bagian tubuh karena selalu terbawa dalam perjalanan.

Pengalaman juga merupakan satu faktor yang penting karena dengan semakin seringnya kita menggunakan penaksiran saat kita di medan maka kita akan memiliki semacam “sense” contohnya, bila sudah terbiasa menaksir tinggi tebing, maka kita juga tidak perlu lagi menaksirnya dengan tinggi badan karena hal itu pastinya sudah terbayang didalam benak kita bahwa ketinggian 100 meter adalah setinggi itu.

Kiat penaksiran adalah mau berpikir dua kali dari sudut pandang yang berbeda agar hasil penaksiran lebih mendekati akurat. Berikut ini ada beberapa contoh teknik penaksiran :
  1. Penaksiran lebar sungai tenang/danau.
  2. Cara penaksiran lebar sungai yang berarus tenang ini dapat dilakukan dengan cara menjatuhkan benda berat ke air kemudian perhatikan riak air yang berjalan menuju kearah depan kita dan perhatikan pula riak yang sama yang yang mengarah kesamping kita. Ukuran jarak dari titik kita menjatuhkan batu hingga ketitik yang disamping kita tadi adalah lebar sungai yang akan kita perkirakan.
  3. Penaksiran kecepatan arus sungai.
  4. Untuk menaksir kecepatan arus sungai kita dapat melakukan dengan meletakkan suatu benda yang dapat terapung. Benda terapung yang kita letakkan akan terbawa arus sungai, setelah berjarak sekitar 15 meter anggap titik itu adalah titik awal. Setelah itu mulailah berjalan mengikuti benda tadi sambil menghitung waktu dari titik yang kita anggap sebagai titik awal hingga kita sampai dititik yang kita rasa sudah cukup sambil menghitung waktu yang kita butuhkan untuk mengikuti benda tadi dari titik awal hingga titik akhir. Setelah itu, kecepatan arus sungai tersebut dapat diperoleh dengan membagi jarak titik awal hingga akhir dengan waktu yang kita perlukan untuk berjalan dari titik awal hingga titik akhir.
  5. Penaksiran cuaca.
Seorang pendaki gunung diharapkan agar bisa untuk membaca cuaca melalui tanda–tanda cuaca terutama disaat sedang melakukan perjalanan. Tanda yang dapat kita perhatikan diantaranya adalah bila langit terlihat merah pada malam hari maka itu menandakan bahwa cuaca baik tetapi bila langit terlihat merah disaat pagi hari maka itu berarti akan turun hujan. Bila terlihat berwarna kuning pucat pada saat matahari terbenam berarti akan turun hujan. Embun dan kabut yang turun disaat dini hari cukup untuk menandakan bahwa cuaca bagus. Disamping itu kita juga dapat melihatnya dari binatang seperti laba–laba yang membuat sarang disiang hari menandakan cuaca cerah atau kodok/katak yang ribut memberi tanda bahwa akan turun hujan. Jika kambing mengembik itu memberi arti cuaca buruk namun jika kambing mengaum itu berarti itu aneh tapi nyata.

Kita juga dapat menaksirkan arah mata angin dengan melihat beberapa tanda seperti kuburan Islam yang menghadap keutara, masjid yang menghadap kiblat (Indonesia kearah barat), bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah timur.

Semoga beberapa petunjuk penaksiran ini dapat bermanfaat bagi kita dan selamat berpetualang. Abud 341/GPA/STTNas