09 January 2008

A S A

Pada artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai bagaimana mendokumentasikan suatu kegiatan dan hal-hal yang yang mendukung masalah dokumentasi ini. Salah satu yang akan kita bahas pada edisi kali ini adalah masalah kepekaan film (ASA).

Sering kita menemui pada foto yang kita hasilkan terlihat gelap (under exposure) atau terlalu terang (over bexposure). Mungkin ini disebabkan oleh pada saat memotret kita tidak memperhatikan pada lingkungan atau kondisi cahaya pada sekitar obyek yang kita potret. Apakah pada saat itu sedang terik matahari (jika berada di luar ruangan), mendung, sore, atau di dalam ruangan dengan lampu neon 20 watt.

Sebenarnya memotret sama saja dengan melukis. Kuas kita umpamakan dengan kamera dan cat kita umpamakan dengan cahaya. Agar foto yang kita hasilkan terlihat bagus maka kita harus tahu seberapa cahaya yang kita butuhkan. Jangan sampai berlebih atau kurang.

Jika kita menggunakan kamera manual (SLR), kita dapat mengatur kebutuhan cahaya yang ditunjukan oleh alat pengukur pencahayaan (lightmeter), tapi jika kita menggunakan kamera kompak atau pocket yang tak ada pengatur cahaya ataupun pengukur cahaya bagaimana?

Jika kita membeli film di toko atau lab film maka kita akan ditanya oleh penjualnya,”Film yang asanya berapa?” Biasanya film-film yang sering kita temui di pasaran adalah film dengan ASA 100, 200, dan 400. ASA adalah singkatan dari American Standard Association yang artinya tingkat kepekaan atau kecepatan dari film tersebut. Yang dimaksud kepekaan atau kecepatan disini adalah kebutuhan film akan cahaya dan kemampuan menangkap gerakan obyek. Makin besar angka satuan kecepatan film, makin sedikit cahaya yang diperlukan untuk menyinari film, demikian sebaliknya. Film ASA 200 mempunyai kecepatan film satu tingkat diatas film ASA 100, sedangkan film ASA 400 mempunyai kecepatan film dua tingkat diatas film ASA 100.

Kita sebagai pecinta alam sering melakukan kegiatan di luar ruangan, misalnya panjat tebing, arung jeram, dan lain-lain. Apabila kita kebetulan ditunjuk sebagai dokumentator kegiatan alangkah baiknya sebelumnya kita merencanakan dulu bagaimana dan apa yang diperlukan dalam pendokumentasian nantinya, dimana dan bagaimana kondisi cuaca pada saat itu.

Semisal kita akan memotret di gunung dengan cuaca cerah di bawah terik sinar matahari, dan obyek yang kita jepret kebanyakan obyek-obyek tidak bergerak, kita cukup membawa film dengan ASA 100, karena kondisi cahayanya cukup atau malah kadang berlebih. Dengan menggunakan film yang tingkat kepekaannya tidak terlalu tinggi rasanya sudah pas untuk kondisi cuaca seperti contoh diatas.

Lain lagi jika kita melakukan susur gua. Kondisi cahaya di dalam gua kita ketahui minim sekali dan malah tidak ada cahaya sama sekali. Ini lebih sulit lagi dalam pendokumentasian nantinya. Kita membutuhkan film dengan tingkat kepekaan cahaya yang lebih tinggi (ASA 400 atau lebih), dan sumber cahaya buatan sebagai pengganti sinar matahari. Untuk memotret dalam kondisi seperti di atas memerlukan tehnik atau cara khusus yang akan kita bahas pada edisi mendatang. Paling tidak untuk saat ini kita sudah mengetahui tentang ASA film dan sedikit mengenai penggunaannya.

Jangan pernah berhenti mengasah kemampuan kita sebab dengan sering mengasahnya maka akan terungkap ketidaktahuan-ketidaktahuan yang sering mengganggu dalam pikiran kita. Fotografi tak beda jauh dari climbing, caving ataupun paragliding, pokoknya jangan bosan untuk menjepret dan jepret teruuuuuussss……....!. Selamat berkarya. Mink

No comments:

Post a Comment